susah hik hik hik... |
Sering
orang mengatakan tentang sesuatu yang didapat dengan penuh perjuangan keras,
dengan satu harapan bahwa apa yang telah diperjuangkan itu akan tetap bertahan
sangat lama atau tidak gampang hilang begitu saja. Misalnya saja pada saat ada
orang yang menasihati orang lain ketika orang lain itu sedang mendekati seorang
pujaan hatinya. Nasihatnya kira-kira demikian; “berjuang aja terus, apa yang
susah kamu dapatkan pasti akan sukar hilang” kira-kira demikian nasihatnya.
Nasihat-nasihat
seperti ini akan sering kita jumpai di dalam kehidupan ini, tidak hanya ketika
orang terus berjuang mendapatkan pujaan hatinya, tetapi juga dalam usahanya
mendapatkan sesuatu yang lain juga. Pekerjaan mungkin, uang, mungkin, atau apa
saja, yang diusahakan dengan sepenuh tenaga akan menjadi sesuatu hal yang
bernilai tahan lama, atau peling tidak lebih lama dari pada sesuatu yang di
usahakan dengan sekenanya saja. Pertanyaannya ialah, apakah semuanya ini benar?
Terlebih lagi ketika kita sebagai orang percaya dituntut untuk berhati-hati
dengan nasihat “nenek-nenek tua” kata Rasul Paulus. Lalu bagaimanakah yang
sebenarnya dari pemikiran Kristen tentang hal ini.
cape deh.... |
Pertama
kita akan melihat tentang statemen ini. Jika dikatakan bahwa apa yang dilakukan
dengan sekuat tenaga akan mempunyai nilai kekal, mempunyai satu ekses yaitu
sangat menonjolkan sisi kemanusiaan. Bahwa dengan usaha manusialah semuanya itu
didapatkan, dengan usaha manusia itulah semuanya menjadi miliknya. Dan jika
demikian maka yang menjadi pusat di dalam cara berpikirnya adalah dirinya
sendiri, bukan lagi Allah. Hal ini tentu saja akan menjadi bertentangan dengan
konsep kekristenan, bahwa yang menjadi pusat kehidupannya adalah Allah semata,
baik di dalam pikirannya, maupun di dalam tindakannya.
Cara
pandang kekristenan dalam setiap kepemilikannya ialah bermuara dari satu hal,
yaitu kasih karunia Allah atau yang sering dikenal dengan anugerah Allah. Pada dasarnya
setiap hal di dalam kehidupan orang percaya adalah suatu anugerah Allah semata,
yang walaupun manusia sanggup melakukan banyak hal, tetapi hal-hal yang
dilakukan manusia itu pun juga adalah anugerah. Dimana Allah memberikan tenaga,
kemampuan, kesabaran, dan keuletan
kepada manusia, sehingga manusia sanggup memiliki hal yang diinginkannya
tersebut.
Kembali
lagi kepada prinsip dari anugerah Allah tersebut, bahwa Allahlah yang mempunyai
inisiatif di dalam kehidupan manusia, memberikan apa yang manusia tidak akan
mampu melakukannya, dan tidak layak untuk dimiliki manusia, maka akan
mengantarkan pemahaman kita, bahwa sesungguhnya kita, manusia tidak akan
sanggup melakukan apapun di dalam kehidupan ini tanpa ada campur tangan Allah. Allah
membuat manusia sanggup melakukan banyak hal di dalam kehidupan ini, termasuk
juga ketika manusia mempunyai keinginan-keinginannya, dan karena alasan kasih, Allah
memberikan kepada manusia apa yang manusia butuhkan, dengan maksud supaya
melihat betapa baiknya Allah itu, atau untuk kembali dapat memuliakan Allah
dalam kehidupannya, yang walaupun Allah di dalam kecukupanNYA tidak memerlukan
pemuliaan manusia. Tetapi alasan utama manusia melakukan pemuliaan kepadaNYA
ialah sebagai suatu ungkapan syukur kepada Allah.
Jika
melihat kembali kepada statemen di atas, bahwa apa yang dilakukan dengan sekuat
tenaga akan mempunyai nilai kekal, dan dibandingkan dengan prinsip kekristenan,
maka pernyataan bahwa tersebut akan sangat bertentangan. Yang pertama sangat
humanis, dan yang kedua Teosentris.
hanya karena Ia disalibkan... |
Namun
kembali lagi kepada prinsip anugerah di atas, bahwa untuk dapat merubah cara
berpikir dari humanis kepada Teosentris juga adalah suatu anugerah. Anugerah Allah
sajalah yang dapat merubahkannya. Berharaplah senantiasa akan anugerah Allah,
di dalam doa kepadaNYA, karena hanya dengan disalibkannya Kristus itulah, anugerah itu diberikan. Amien.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
masukan komentar anda di sini...