Selasa, 11 Maret 2014

TUHANKU PENJUNAKU (YEREMIA 18:1-12)







Firman yang datang dari TUHAN kepada Yeremia, bunyinya:  2 "Pergilah dengan segera ke rumah tukang periuk! Di sana Aku akan memperdengarkan perkataan-perkataan-Ku kepadamu."  3 Lalu pergilah aku ke rumah tukang periuk, dan kebetulan ia sedang bekerja dengan pelarikan.  4 Apabila bejana, yang sedang dibuatnya dari tanah liat di tangannya itu, rusak, maka tukang periuk itu mengerjakannya kembali menjadi bejana lain menurut apa yang baik pada pemandangannya.  5 Kemudian datanglah firman TUHAN kepadaku, bunyinya:  6 "Masakan Aku tidak dapat bertindak kepada kamu seperti tukang periuk ini, hai kaum Israel!, demikianlah firman TUHAN. Sungguh, seperti tanah liat di tangan tukang periuk, demikianlah kamu di tangan-Ku, hai kaum Israel!  7 Ada kalanya Aku berkata tentang suatu bangsa dan tentang suatu kerajaan bahwa Aku akan mencabut, merobohkan dan membinasakannya.  8 Tetapi apabila bangsa yang terhadap siapa Aku berkata demikian telah bertobat dari kejahatannya, maka menyesallah Aku, bahwa Aku hendak menjatuhkan malapetaka yang Kurancangkan itu terhadap mereka.  9 Ada kalanya Aku berkata tentang suatu bangsa dan tentang suatu kerajaan bahwa Aku akan membangun dan menanam mereka.  10 Tetapi apabila mereka melakukan apa yang jahat di depan mata-Ku dan tidak mendengarkan suara-Ku, maka menyesallah Aku, bahwa Aku hendak mendatangkan keberuntungan yang Kujanjikan itu kepada mereka.  11 Sebab itu, katakanlah kepada orang Yehuda dan kepada penduduk Yerusalem: Beginilah firman TUHAN: Sesungguhnya, Aku ini sedang menyiapkan malapetaka terhadap kamu dan merancangkan rencana terhadap kamu. Baiklah kamu masing-masing bertobat dari tingkah langkahmu yang jahat, dan perbaikilah tingkah langkahmu dan perbuatanmu!  12 Tetapi mereka berkata: Tidak ada gunanya! Sebab kami hendak berkelakuan mengikuti rencana kami sendiri dan masing-masing hendak bertindak mengikuti kedegilan hatinya yang jahat."
Yeremia 18:1-12


Menjalani kehidupan di dalam Tuhan bukanlah hidup yang penuh dengan kemulusan, tetapi penuh dengan hal-hal yang menyakitkan, penuh tantangan, penuh dengan  hal-hal yang tidak pernah terpikirkan di dalam hati dan pikiran kita.
Tulisan ini merupakan satu renungan singkat yang di dapat dari khotbah pagi di seminari. Suatu khotbah yang mengingatkan tentang kasihNya kepada  setiap mereka yang disayangiNya, suatu ingat-ingatan bagi kita orang percaya bahwa Allah tidak membiarkan umatNya begitu saja, tentu saja dengan caraNya mengasihi kita, dan bukan dengan cara kita berharap dikasihiNya.

Perikop di atas diberikan Tuhan kepada Yeremia, dimana Tuhan tidak berbicara langsung, melainkan dengan memperlihatkan sesuatu kepada Yeremia. Memperlihatkanbagaimana tukang penjuna membentuk sebuah bejana.
a.      Bahan
Bahan yang disediakan berupa tanah liat, namun tanah liat ini bukanlah tanah liat yang bersih, sudah siap untuk pembentukan, tanah liat yang juga bercampur dengan batu-bati kecil mungkin, sampah-sampah mungkin, sehingga sangat perlu untuk dibuang dan di bersihkan terlebih dahulu.
Tanah liat yang tidak mengandung terlalu banyak air dan udara, sehingga perlu untuk dibiarkan selama sekian hari lamanya

b.    Skil
Tentu saja hal ini adalah kemampuan dari seorang penjuna, dimana ia tahu apa yang akan dikerjakannya, tahu akan dijadikan apa tanah liat itu, apakah hanya untuk ala yang kecil atau untuk dibuat sesuatu yang besar, atau dibuat menjadi biasa saja seperti kotak abu rokok atau akan dijadikan sebagai guci yang harganya mahal karena sangat berharga. Seorang penjuna sudah memikirkan apa yang akan diperbuat dengan tanah liat itu.
c.      Alat
Terkadang seorang penjuna menggunakan kawat atau benang untuk memotong mana yang perlu untuk dipotong kalau-kalau terlalu banyak tanah liat yang digunakan. Ada juga meja pelunak, yang dipakai untuk melunakan tanah liat sebelum membentuknya. Meja pemutar, yang digunakan untuk memutar pada saat pembentukan sehingga pada akhirnya mendapatkan hasil yang presisi.air untuk melunakan, dan Oven sebagai alat untuk memanggang.
 
d.     Proses
Proses pertama dengan mencari tanah liat yang bagus untuk dibuat alat. Kemudian dilanjutkan dengan mendiamkan tanah liat itu selama beberapa hari ,dan jika sudah siap maka akan dipotong siapa tahu terlalu banyak untuk apa yang akan dibuat oleh penjuna, yang dilanjutkan lagi dengan membanting-banting tanah liat itu agar menjadi lembut dan siap dibentuk. Lalu mulai dengan pembentukan di atas meja berputar, dan tanah liat harus diletakan di tengah meja pemutar sebab jika tidak, maka akan mendapatkan hasil yang tidak bagus, sebab akan besar sebelah, dan yang juga harus diperhatikan ialah kesesuaian tenaga yang diperlukan ketika membentuk, jika terlalu lemah tangan penjuna, maka hasilnya tidak akan presisi, tetapi jika terlalu kencang tangan penjunanya, maka akan merusak bentuk yang sudah ada itu, jadi digunakan kekuatan tangan yang pas. Dan yang terakhir dalam proses pembakaran hingga dapat dilihat hasilnya.

Secara tidak langsung hal ini sedang Allah perlihatkan kepada Yeremia, dimana Allah ingin menyampaikan beginilah Allah akan bekerja terhadap umatNya.

Allah yang memilih, Allah yang menentukan mana yang sesuai dengan keinginannya, Allah yang berinisiatif untuk membentuk sesuatu, dan Allah yang mengerjakannya. Yang menarik dari proses pembentukannya dan kitalah tanah liat yang Allah pakai dimana Allah Yang Mahakuasa, yang sebenernya sanggup dengan kekuatanNya itu untuk merusak tanah liat, tetapi Allah dengan kelembutanNya membentuk tanah liat itu menjadi tanah liat yang bagus, halus.

Terlebih lagi dengan alat-alat yang dipakai. Allah terkadang memakai banyak hal di dalam kehidupan kita untuk membentuk kita sesuai dengan gambaranNya, ada yang halus, ada kasar, ada yang lembut, dan ada yang sangat-sangat panas sehingga membuat kita menyerah.
Namun yang terutama ialah semuanya dipakai Tuhan untuk membentuk tanahliatNya, yaitu kita menjadi sesuatu yang sangat baik.

Dalam proses ini, tanah liat tidak mempunyai kuasa untuk membentuk dirinya sendiri, tetapi Allah tahu apa yang sesuai. Tanah liat juga tidak mempunyai kuasa untuk berkata aku mau jadi ini atau aku mau jadi itu, tetapi Allah tahu sejak dari awalnya, tanah liat ini akan jadi apa.
Penyerahan diri sepenuhnya akan mempermudah pembentukan bagi kita.
Kesakitan yang kita rasakan Allah tahu, itu sebabnya Ia tetap melakukannya dengan lembut.

Apakah kita termasuk tanah liat yang susah dibentuk? Atau kita termasuk tanah liat yang dusah siap Allah bentuk?

28 Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah.  29 Sebab semua orang yang dipilih-Nya dari semula, mereka juga ditentukan-Nya dari semula untuk menjadi serupa dengan gambaran Anak-Nya, supaya Ia, Anak-Nya itu, menjadi yang sulung di antara banyak saudara.  30 Dan mereka yang ditentukan-Nya dari semula, mereka itu juga dipanggil-Nya. Dan mereka yang dipanggil-Nya, mereka itu juga dibenarkan-Nya. Dan mereka yang dibenarkan-Nya, mereka itu juga dimuliakan-Nya.

Romans 8:28-30

Rabu, 12 Februari 2014

Hidup Adalah Perjuangan (Markus 15:1-15)

1 Pagi-pagi benar imam-imam kepala bersama tua-tua dan ahli-ahli Taurat dan seluruh Mahkamah Agama sudah bulat mupakatnya. Mereka membelenggu Yesus lalu membawa-Nya dan menyerahkan-Nya kepada Pilatus.  2 Pilatus bertanya kepada-Nya: "Engkaukah raja orang Yahudi?" Jawab Yesus: "Engkau sendiri mengatakannya."  3 Lalu imam-imam kepala mengajukan banyak tuduhan terhadap Dia.  4 Pilatus bertanya pula kepada-Nya, katanya: "Tidakkah Engkau memberi jawab? Lihatlah betapa banyaknya tuduhan mereka terhadap Engkau!"  5 Tetapi Yesus sama sekali tidak menjawab lagi, sehingga Pilatus merasa heran.  6 Telah menjadi kebiasaan untuk membebaskan satu orang hukuman pada tiap-tiap hari raya itu menurut permintaan orang banyak.  7 Dan pada waktu itu adalah seorang yang bernama Barabas sedang dipenjarakan bersama beberapa orang pemberontak lainnya. Mereka telah melakukan pembunuhan dalam pemberontakan.  8 Maka datanglah orang banyak dan meminta supaya sekarang kebiasaan itu diikuti juga.  9 Pilatus menjawab mereka dan bertanya: "Apakah kamu menghendaki supaya kubebaskan raja orang Yahudi ini?"  10 Ia memang mengetahui, bahwa imam-imam kepala telah menyerahkan Yesus karena dengki.  11 Tetapi imam-imam kepala menghasut orang banyak untuk meminta supaya Barabaslah yang dibebaskannya bagi mereka.  12 Pilatus sekali lagi menjawab dan bertanya kepada mereka: "Jika begitu, apakah yang harus kuperbuat dengan orang yang kamu sebut raja orang Yahudi ini?"  13 Maka mereka berteriak lagi, katanya: "Salibkanlah Dia!"  14 Lalu Pilatus berkata kepada mereka: "Tetapi kejahatan apakah yang telah dilakukan-Nya?" Namun mereka makin keras berteriak: "Salibkanlah Dia!"  15 Dan oleh karena Pilatus ingin memuaskan hati orang banyak itu, ia membebaskan Barabas bagi mereka. Tetapi Yesus disesahnya lalu diserahkannya untuk disalibkan. Markus 15:1-15

Suatu sore saya menonton sebuah film yang bagi kalayak umum film ini tidak asing lagi, karena pasti sudah penah menontonnya, Transformer 3. Sekilas film ini menggambarkan kehebatan mobil-mobil, kecanggihan teknologi sehingga mobil-mobil itu bisa transformasi menjadi robot. Namun jika kita lihat lebih dalam lagi akan kita temukan suatu nilai-nilai kemanusiaan yang agung, yaitu sebuah perjuangan. Perjuangan untuk mempertahankan sesuatu, cinta mungkin, kedamaian mungkin dan seterusnya.
Sama halnya ketika kita bermain sebuah game, baik game di hp, android atau di laptop sekalipun, apapun game yang paling kita sukai. Yang menarik ialah, setiap kali kita akan memainkan game itu ada beberapa hal yang harus dipenuhi ketika kita ingin memenangkan game tersebut, dan jika kita dapat melewati game itu dan beranjak kepada level yang selanjutnya, game itu memberikan tantangan baru, yang mana jika kita ingin memenangkan level itu, kita harus melakukan sesuai dengan apa yang diperintahkan oleh game itu..
Ini adalah suatu gambaran sepintas tentang sebuah game, namun kembali lagi, jika kita melihat lebih dalam lagi, kita pertanyakan, sebenernya apa yang sedang diperjuangkan?
Dan ada banyak hal lainnya di dalam kehidupan kita sadar atau tidak sadar, kita mempunyai satu hal yang menarik, bahwa hidup kita adalah suatu perjuangan.

Jika melihat dari perikop di atas, banyak orang yang menafsirkannya sesuai dengan gaya mereka sendiri, tetapi saya sendiri merenungkan bahwa Tuhan Yesus rela di adili, di khianati, disesah, dan yang paling besar perjuangannya ialah ketika Ia disalibkan, memang Ia melakukannya pertama untuk Allah, dan berakibat bagi keselamatan manusia. Dan Ia lakukan dengan baik sebagai suatu perjuangan. Sesuatu yang layak diperjuangkan, sehingga Ia mau melakukan semuanya itu.

Hidup ini adalah perjuangan.
Kalau kita melihat diri kita, apa yang sedang kita rasakan, pikirkan pada saat ini. Itu adalah perjuangan kita. Mungkin kita merupakan seorang pelajar, seorang pekerja, seorang ibu rumah tangga, seorang kepala rumah tangga, apapun yang kita lakukan, apapun tanggungjawab kita, itulah perjuangan kita, sesuatu yang sangat bermakna bagi kita, sesuatu yang harus kita perjuangkan.
Pertanyaannya bagi kita, apakah kelayakan kita memperjuangkan sesuatu itu kita lihat dari apa yang kita lakukan (baca: pekerjaan kita)? Atau dari diri kita yang menganggap hal itu layak untuk diperjuangkan (baca: kesadaran kita)? Hal ini merupakan satu hal yang harus kita sikapi di dalam diri kita secara pribadi. Bagi kebanyakan orang, melihat bahwa sesuatu itu layak diperjuangkan jika sesuatu itu pada dasarnya memang layak untuk diperjuangkan. Jika demikian maka akan cenderung untuk pilih-pilih, mana yang layak aku perjuangkan, jika hal itu layak, maka saya akan memperjuangkannya, tetapi jika hal itu tidak layak, maka saya tidak akan melakukannya. Dan yang kedua akan membawa kita kepada pertanyaan “siapakah diri kita sebenarnya?” apakah kita termasuk orang yang bertanggungjawab dengan diri kita dan dengan apa yang kita lakukan atau sebaliknya, bahwa diri kita hanyalah seorang pecundang, yang hanya menginginkan lari dari apa yang seharusnya kita lakukan, sebab hanya seorang pecundanglah yang tidak mau menghadapi masalah, dalam hal ini adalah tanggungjawabnya.
Yang menarik didalam kehidupan orang percaya ialah bahwa Tuhan selalu ada di dalam kehidupannya, tidak membiarkan kita sendirian, seberat apapun yang sedang kita pikirkan, rasakan, Allah selalu ada bagi kita. Suatu ucapan syukur atas kebaikanNYA di dalam kehidupan kita.
Tuhan memberkati kita. Amien.


28 Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah.  29 Sebab semua orang yang dipilih-Nya dari semula, mereka juga ditentukan-Nya dari semula untuk menjadi serupa dengan gambaran Anak-Nya, supaya Ia, Anak-Nya itu, menjadi yang sulung di antara banyak saudara.  30 Dan mereka yang ditentukan-Nya dari semula, mereka itu juga dipanggil-Nya. Dan mereka yang dipanggil-Nya, mereka itu juga dibenarkan-Nya. Dan mereka yang dibenarkan-Nya, mereka itu juga dimuliakan-Nya. Romans 8:28-30  

Rabu, 03 April 2013

STRATEGI KITA


Orang yang murtad hatinya menjadi kenyang dengan jalannya, dan orang yang baik dengan apa yang ada padanya. Orang yang tak berpengalaman percaya kepada setiap perkataan, tetapi orang yang bijak memperhatikan langkahnya. Orang bijak berhati-hati dan menjauhi kejahatan, tetapi orang bebal melampiaskan nafsunya dan merasa aman. Siapa lekas naik darah, berlaku bodoh, tetapi orang yang bijaksana, bersabar. Orang yang tak berpengalaman mendapat kebodohan, tetapi orang yang bijak bermahkotakan pengetahuan.
Amsal 14:14-18

Hidup bukanlah permainan, tetapi terkadang prinsip permainan juga menjadi nyata di dalam kehidupan. Permainan bukan berarti main-main, tetapi permainan juga membutuhkan strategi, misalnya dalam permainan plant vs zombie, memilih mana tanaman yang harus ia tanam, apalagi yang harus tumbuh pada waktu malam, dan menanam apa yang pas untuk penyerangnya, dan apa yang pas untuk mengulur wakttu agar zombie tidak secara langsung mencapai “rumah kita”. Demikian juga dengan permainan sepak vola, ada penyerang, ada pertahanan, dan sebagainya. Dan dalam hal ini strategi sangat dibutuhkan untuk mendapatkan kemenangan.
            Dalam memahami strategi, maka kita akan mengerti pentingnya bersikap, bertindak, sebab akan menentukan apa yang akan terjadi selanjutnya, resiko yang sudah menunggu.
            Kira-kira nuansa inilah yang dapat kita lihat dari Amsal di atas, dimana Salomo membandingkan antara orang yang bijak dengan orang yang bodoh. Orang yang bijak akan senantiasa berpikir tentang bagaimana hal yang baik dan yang buruknya, sedangkan orang yang bodoh hanya mementingkan kepuasan dirinya saja. Orang bijak akan bersandar kepada firman Allah  dan orang bodoh hanya bersandar pada egonya dan untuk mencapai kepuasan nafsunya saja.
Orang bijak
Orang  bodoh
apa yang ada padanya,
memperhatikan langkahnya,
berhati-hati dan menjauhi kejahatan,
bersabar.
bermahkotakan pengetahuan (sebagai hasilnya)
kenyang dengan jalannya,
percaya kepada setiap perkataan,
melampiaskan nafsunya,
berlaku bodoh,
mendapat kebodohan (sebagai hasilnya)
 Beginilah paralel yang didapat dari ayat ini, bahwa orang bijak akan berhati-hati melangkah, mengambil keputusan, tidak sembarangan, berbeda dengan orang bodoh, yang tidak percaya pada diri sendiri, terlalu banyak mendengarkan perkataan orang lain, dan tidak percvaya pada firman Allah, yang hanya menuntut kepuasan nafsunya, dan yang ia dapat hanyalah kebohohan.
            Hal ini menjadi sangat relevan di dalam kehidupan orang percaya untuk saat ini, ketika ada banyak hal yang terus menekan, ada banyak pergumulan yang ada dalam kehidupannya, baik masalah keuangan, pendidikan, keluarga, pacar, pekerjaan, atau hal-hal yang lainnya yang begitu menekannya. Dan bagi anak-anak Allah, tekanan juga terkadang  datang dari dalam gereja itu sendiri, dari pengajaran yang disampaikan oleh pengkhotbah, atau juga di dalam kehidupan bersama sebagai jemaat sebuah gereja. Dan tekanan juga datang dari luar gereja, pengajaran-pengajran dunai yang menyesatkan.
            Hal ini menjadi stau keharusan yang terjadi di dalam kehidupan kita sebagai orang percaya, sesuai dengan apa yang dikatakan oleh Tuhan Yesus dalam Matius 10:16, 6 "Lihat, Aku mengutus kamu seperti domba ke tengah-tengah serigala, sebab itu hendaklah kamu cerdik seperti ular dan tulus seperti merpati. (Mat 10:16 ITB). Dari ayat ini kita dapat melihat satu situasi yang terus menjadi tantangan dan tekanan kematian dari domba yang tidak berdaya, namun pesan Tuhan jelas, bahwa kita harus bijaksana, yaitu tulus seperi merpati dan cerdik seperti ular. Ketidakberdayaannya inilah yang mengharuskannya untuk berpegang teguh pada Allah, mempercayakan dirinya kepada Tuhan, sehingga ia tidak termakan oleh situasi, tidak termakan oleh pengajaran sesat, tidak termakan oleh segala hal yang membuatnya jatuh dalam dosa.
            Maka menjadi penting di dalam kehidupan orang percaya untuk menguduskan Kristus di dalam dirinya (1 Petrus 3:15), sehingga kita sebagai anak-anak Allah akan senantiasa berada di dalam kebijaksanaan yang Salomo maksudkan, dan dari tekanan yang dihadapi bersama Tuhan, kita dapat belajar banyak hal tentang Allah di dalam kehidupan kita secara pribadi, menjadikan satu pengalaman iman bersama dengan Allah, yang nantinya akan menjadi ingat-ingatan bagi kita bhawa Allah adalah Allah yang hidup, Allah yang senantiasa menjaga, memelihara umat kesayanganNYA.

Kiranya damai sejahtera Allah yang melampaui segala akal menyertai kita dari sekarang samapai selamanya.
Amien.



Minggu, 17 Maret 2013

Gembala Yang Baik



Yohanes 10:1-5
"Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya siapa yang masuk ke dalam kandang domba dengan tidak melalui pintu, tetapi dengan memanjat tembok, ia adalah seorang pencuri dan seorang perampok;  tetapi siapa yang masuk melalui pintu, ia adalah gembala domba. Untuk dia penjaga membuka pintu dan domba-domba mendengarkan suaranya dan ia memanggil domba-dombanya masing-masing menurut namanya dan menuntunnya ke luar. Jika semua dombanya telah dibawanya ke luar, ia berjalan di depan mereka dan domba-domba itu mengikuti dia, karena mereka mengenal suaranya. Tetapi seorang asing pasti tidak mereka ikuti, malah mereka lari dari padanya, karena suara orang-orang asing tidak mereka kenal."

Allah mengutus murid-muridNYA ke tengah-tengah serigala, yang banyak sekali tantangan yang harus ditempuh dengan taruhan nyawanya sendiri. Hal ini terbukti dengan adanya banyak tantangan dan hambatan yang harus dilalui oleh setiap orang percaya, tantangan yang datang daari dalam gereja maupun yang berasal dari luar gereja.
Jika kita perhatikan siaran televisi, ada banyak hal yang sebebarnya tidak Kristen, salah satu contohnya ialah slogan “yang penting sesnsasional” pasti semuanya telah tahu iklan apa ini, yang sebenarnya sama sekali tidak kristiani, karena memang di dalamnya ada unsur untuk membanggakan dirinya, padahal orang Kristen haruslah membanggakan Allah, demikian juga dengan iklan-iklan yang lainnya, banyak yang tidak rohani,tidak mengajarkan tentang prisnsip-prinsip kekristenan.
 Hal lainnya terjadi di dalam film-film yang sering ditonton. Banyak film yang sebebanrnya mengajarkan tentang nilai-nilai kehebatan manusia yang disorot begitu rupa sampai dibanggakan, sampai-sampai lupa bahwa semuanya berasal dari allah.
Sedangkan tantangan dari dalam ialah dalam pengajaran yang dilakukan oleh gembala atau pelayan-pelayan gereja yang juga membuktikan bahwa dirinya sama sekali bukan kristen.
            Banyak pengkhotbah mengajarkan hal-hal yang tidak alkitabiah, meskipun ia memulai khotbahnya dengan membaca alkitab, tetapi apa yang disampaikannya bukanlah apa yang ingin allah sampiakan, tetapi hanya mengutarakan pendapat dirinya saja yang sangat bersifat subyektif, dan emosional saja. Sama sekali bukan kristen.
Ada banyak sekali tantangan-tantangan yang dihadapi oleh orang-orang percaya yang disadari ataupun tidak, namun itulah yang menjadi kenyataan di dalam kehidup[an di dunia ini.
Namun allah adalah allah yang sangat-sangtat baik, allah yang sangat setia. pemeliharaanNYA tidak pernah telat, pemeliharaanNYA selalu tepat.  Dari ayat Alkitab ini sangat jelas bahwa Ia mengenal dombaNYA dan domba mengenalNYA. Diketahui bahwa hubungan yang terjalin bukanlah hubungan yang biasa saja, tetapi hubungan yang saling mempercayai satu sama lain. Dan dari kepercayaan inilah yang membuat Allah dan orang percaya mengenal satu sama lain, kalau Allah tentu saja Ia mengenal, sebab Ia yang memanggil.
Kesetiaan Allah ini menjadi jaminan bagi orang percaya untuk tetap menggantungkan dirinya kepada Allah. Sehingga dalam segala hal yang dihadapi oleh orang percaya, baik yang positif ataupun yang negatif, akan selalu dihadapi bersama-sama dengan Tuhan.
Kemudian setelah kita tahu bahwa Allah memelihara orang-orang pilihanNYA, apa yang akan kita lakukan? tentu saja tidak asal membiarkan begitu saja banyak ajaran-ajaran yang menyesatkan menghancurkan diri kita, tetapi kita juga punya andil di dalam hal ini, salah satunya ialah tetap menjaga diri kita dari ajaran-ajaran yang menyesatkan, membekali diri dengan ajaran-ajaran Firman Allah yang hanya berasal dari Alkitab.
Hal ini tentu saja tidak kita lakukan sendiri saja, tetapi tetap bersama pimpinan Roh Kudus. Dengan terus berada dalam pimpinanNYA, kita pasti akan mampu mengenal, dan memahami mana yang berasal dari Allah dan mana yang menyesatkan.
Kasih Karunia Allah yang melampaui segala akal menyertai kita dari sekarang sampai selamanya.
Amien.

Senin, 08 Oktober 2012

Apa yang susah didapat akan semakin tahan lama dari pada yang dengan instan didapat??????



susah hik hik hik...
            Sering orang mengatakan tentang sesuatu yang didapat dengan penuh perjuangan keras, dengan satu harapan bahwa apa yang telah diperjuangkan itu akan tetap bertahan sangat lama atau tidak gampang hilang begitu saja. Misalnya saja pada saat ada orang yang menasihati orang lain ketika orang lain itu sedang mendekati seorang pujaan hatinya. Nasihatnya kira-kira demikian; “berjuang aja terus, apa yang susah kamu dapatkan pasti akan sukar hilang”  kira-kira demikian nasihatnya. 

            Nasihat-nasihat seperti ini akan sering kita jumpai di dalam kehidupan ini, tidak hanya ketika orang terus berjuang mendapatkan pujaan hatinya, tetapi juga dalam usahanya mendapatkan sesuatu yang lain juga. Pekerjaan mungkin, uang, mungkin, atau apa saja, yang diusahakan dengan sepenuh tenaga akan menjadi sesuatu hal yang bernilai tahan lama, atau peling tidak lebih lama dari pada sesuatu yang di usahakan dengan sekenanya saja. Pertanyaannya ialah, apakah semuanya ini benar? Terlebih lagi ketika kita sebagai orang percaya dituntut untuk berhati-hati dengan nasihat “nenek-nenek tua” kata Rasul Paulus. Lalu bagaimanakah yang sebenarnya dari pemikiran Kristen tentang hal ini.
cape deh....

            Pertama kita akan melihat tentang statemen ini. Jika dikatakan bahwa apa yang dilakukan dengan sekuat tenaga akan mempunyai nilai kekal, mempunyai satu ekses yaitu sangat menonjolkan sisi kemanusiaan. Bahwa dengan usaha manusialah semuanya itu didapatkan, dengan usaha manusia itulah semuanya menjadi miliknya. Dan jika demikian maka yang menjadi pusat di dalam cara berpikirnya adalah dirinya sendiri, bukan lagi Allah. Hal ini tentu saja akan menjadi bertentangan dengan konsep kekristenan, bahwa yang menjadi pusat kehidupannya adalah Allah semata, baik di dalam pikirannya, maupun di dalam tindakannya.

            Cara pandang kekristenan dalam setiap kepemilikannya ialah bermuara dari satu hal, yaitu kasih karunia Allah atau yang sering dikenal dengan anugerah Allah. Pada dasarnya setiap hal di dalam kehidupan orang percaya adalah suatu anugerah Allah semata, yang walaupun manusia sanggup melakukan banyak hal, tetapi hal-hal yang dilakukan manusia itu pun juga adalah anugerah. Dimana Allah memberikan tenaga, kemampuan, kesabaran, dan  keuletan kepada manusia, sehingga manusia sanggup memiliki hal yang diinginkannya tersebut.

            Kembali lagi kepada prinsip dari anugerah Allah tersebut, bahwa Allahlah yang mempunyai inisiatif di dalam kehidupan manusia, memberikan apa yang manusia tidak akan mampu melakukannya, dan tidak layak untuk dimiliki manusia, maka akan mengantarkan pemahaman kita, bahwa sesungguhnya kita, manusia tidak akan sanggup melakukan apapun di dalam kehidupan ini tanpa ada campur tangan Allah. Allah membuat manusia sanggup melakukan banyak hal di dalam kehidupan ini, termasuk juga ketika manusia mempunyai keinginan-keinginannya, dan karena alasan kasih, Allah memberikan kepada manusia apa yang manusia butuhkan, dengan maksud supaya melihat betapa baiknya Allah itu, atau untuk kembali dapat memuliakan Allah dalam kehidupannya, yang walaupun Allah di dalam kecukupanNYA tidak memerlukan pemuliaan manusia. Tetapi alasan utama manusia melakukan pemuliaan kepadaNYA ialah sebagai suatu ungkapan syukur kepada Allah.

            Jika melihat kembali kepada statemen di atas, bahwa apa yang dilakukan dengan sekuat tenaga akan mempunyai nilai kekal, dan dibandingkan dengan prinsip kekristenan, maka pernyataan bahwa tersebut akan sangat bertentangan. Yang pertama sangat humanis, dan yang kedua Teosentris.

hanya karena Ia disalibkan...
            Namun kembali lagi kepada prinsip anugerah di atas, bahwa untuk dapat merubah cara berpikir dari humanis kepada Teosentris juga adalah suatu anugerah. Anugerah Allah sajalah yang dapat merubahkannya. Berharaplah senantiasa akan anugerah Allah, di dalam doa kepadaNYA, karena hanya dengan disalibkannya Kristus itulah, anugerah itu diberikan. Amien.

Jumat, 31 Agustus 2012

LaLaNG DaN GanDUM


Tuhan Yesus pernah mengatakan tentang satu perumpamaan yang menceritakan adanya si jahat dan anak kerajaan dalam satu perkumpulan, yaitu dalam perumpamaan tentang lalang dan gandum (Matius 13:24-30). Tetapi ada satu pertanyaan yang muncul, yaitu bagaimana seorang pekerja gereja mengetahui siapakah yang lalang dan siapakah yang gandum? Memang Tuhan Yesus tidak membahasnya, Ia hanya mengatakan bahwa keduanya itu pasti akan ada. Pertanyaan inilah yang akan penulis jawab dengan satu pendekatan apologetika.

Jika melihat dari pertanyaannya, maka sebenarnya penanya merupakan seorang  yang bukan kristen (meskipun ia mengaku kalau dirinya adalah Kristen). Hal ini nampak pada maksud yang sebenarnya ingin segera membedakan, dan kemudian melihat siapakah mereka itu? Keinginan untuk melihat secara langsung ini merupakan satu keinginan yang lahir dari pola pikir yang materialis. Sedangkan materialisme merupakan satu konsep berpikir yang berpusat pada diri sendiri. Dengan demikian mereka tidak lagi berpusatkan kepada Allah yang merupakan satu otoritas tertinggi di dalam kehidupan orang percaya. Sehingga tentu saja mereka bukanlah seorang kristen sejati.

Jika kembali lagi dengan apa yang dijelaskan di dalam perikop di atas atau juga dalam Markus 4, hal ini terwujud dengan adanya jawaban Tuhan Yesus kepada murid-murid, yang tidak memberitahukan bagaimana kita akan mengetahui ciri-ciri dari lalang dan gandum secara pasti, tetapi ia langsung mengatakan bahwa semuanya itu akan ketahuan pada saat penuaian, yaitu akhir zaman. Dimana Tuhan sendirilah yang akan memisahkan mereka dengan caraNYA sendiri.


Ada hal yang seolah-olah ingin dikatakan bahwa sebenarnya kita sebagai pelayanNYA tidaklah penting untuk mengurusi hal ini, sebab hal ini adalah urusan Tuhan, dan bukan urusan kita. 

Selasa, 21 Agustus 2012

Berkat Allah Tanggungjawab Manusia

keep faith of God

Jika kita membaca dari pasal pertama kitab Kejadian, maka kita akan mendapati bahwa Tuhan memberkati ciptaanNYA untuk meneruskan pekerjaanNYA. Misalnya saja ketika Ia memberkati binatang-binatang di air, memberkati manusia. Yang menarik ialah bahwa berkat yang Ia katakan merupakan satu pemberian kemampuan kepada penerima berkat itu untuk melakukan satu tugas, yaitu penuhilah bumi dan bertambah banyak.

Padahal Tuhan sanggup untuk menciptakan semuanya langsung dari mulutNYA, tetapi hal ini tidak dilakukannya, Ia malah memberikan tanggungjawab kepada ciptaanNYA untuk melakukan pekerjaan itu.

Hal ini seolah ingin mengajarkan kepada kita yang adalah ciptaanNYA untuk melakukan satu atau banyak hal, dan tidak tergantung pada sikap yang fatal, yaitu yang membiarkan semuanya terjadi, bahwa Allah akan melakukan pekerjaanNYA, yaitu segala hal yang ada di dalam kehidupan ini, sehingga kita tidak usah melakukan sesuatu. Ini merupakan satu sikap yang harus dihindari bagi orang percaya, sebab bagaimana juga Allah juga membutuhkan alat untuk melakukan pekerjaanNYA, walaupun Ia mampu melakukannya sendiri.

Walaupun begitu, alat itu tidaklah akan mampu melakukan tugas yang Allah berikan dengan kekuatannya sendiri, tetapi ketika kita sadar kalau Allah memakai kita, kita juga harus mengamini bahwa Allah juga memberikan kita kemampuan untuk melakukannya, memperlengkapi setiap hal yang diperlukan, sehingga kita melakukannya tidak usah lagi merasa khawatir, sebab kita tidak mempunyai perlengkapan, Ia sendiri yang akan mencukupi setiap hal yang dibutuhkan.