Rabu, 03 April 2013

STRATEGI KITA


Orang yang murtad hatinya menjadi kenyang dengan jalannya, dan orang yang baik dengan apa yang ada padanya. Orang yang tak berpengalaman percaya kepada setiap perkataan, tetapi orang yang bijak memperhatikan langkahnya. Orang bijak berhati-hati dan menjauhi kejahatan, tetapi orang bebal melampiaskan nafsunya dan merasa aman. Siapa lekas naik darah, berlaku bodoh, tetapi orang yang bijaksana, bersabar. Orang yang tak berpengalaman mendapat kebodohan, tetapi orang yang bijak bermahkotakan pengetahuan.
Amsal 14:14-18

Hidup bukanlah permainan, tetapi terkadang prinsip permainan juga menjadi nyata di dalam kehidupan. Permainan bukan berarti main-main, tetapi permainan juga membutuhkan strategi, misalnya dalam permainan plant vs zombie, memilih mana tanaman yang harus ia tanam, apalagi yang harus tumbuh pada waktu malam, dan menanam apa yang pas untuk penyerangnya, dan apa yang pas untuk mengulur wakttu agar zombie tidak secara langsung mencapai “rumah kita”. Demikian juga dengan permainan sepak vola, ada penyerang, ada pertahanan, dan sebagainya. Dan dalam hal ini strategi sangat dibutuhkan untuk mendapatkan kemenangan.
            Dalam memahami strategi, maka kita akan mengerti pentingnya bersikap, bertindak, sebab akan menentukan apa yang akan terjadi selanjutnya, resiko yang sudah menunggu.
            Kira-kira nuansa inilah yang dapat kita lihat dari Amsal di atas, dimana Salomo membandingkan antara orang yang bijak dengan orang yang bodoh. Orang yang bijak akan senantiasa berpikir tentang bagaimana hal yang baik dan yang buruknya, sedangkan orang yang bodoh hanya mementingkan kepuasan dirinya saja. Orang bijak akan bersandar kepada firman Allah  dan orang bodoh hanya bersandar pada egonya dan untuk mencapai kepuasan nafsunya saja.
Orang bijak
Orang  bodoh
apa yang ada padanya,
memperhatikan langkahnya,
berhati-hati dan menjauhi kejahatan,
bersabar.
bermahkotakan pengetahuan (sebagai hasilnya)
kenyang dengan jalannya,
percaya kepada setiap perkataan,
melampiaskan nafsunya,
berlaku bodoh,
mendapat kebodohan (sebagai hasilnya)
 Beginilah paralel yang didapat dari ayat ini, bahwa orang bijak akan berhati-hati melangkah, mengambil keputusan, tidak sembarangan, berbeda dengan orang bodoh, yang tidak percaya pada diri sendiri, terlalu banyak mendengarkan perkataan orang lain, dan tidak percvaya pada firman Allah, yang hanya menuntut kepuasan nafsunya, dan yang ia dapat hanyalah kebohohan.
            Hal ini menjadi sangat relevan di dalam kehidupan orang percaya untuk saat ini, ketika ada banyak hal yang terus menekan, ada banyak pergumulan yang ada dalam kehidupannya, baik masalah keuangan, pendidikan, keluarga, pacar, pekerjaan, atau hal-hal yang lainnya yang begitu menekannya. Dan bagi anak-anak Allah, tekanan juga terkadang  datang dari dalam gereja itu sendiri, dari pengajaran yang disampaikan oleh pengkhotbah, atau juga di dalam kehidupan bersama sebagai jemaat sebuah gereja. Dan tekanan juga datang dari luar gereja, pengajaran-pengajran dunai yang menyesatkan.
            Hal ini menjadi stau keharusan yang terjadi di dalam kehidupan kita sebagai orang percaya, sesuai dengan apa yang dikatakan oleh Tuhan Yesus dalam Matius 10:16, 6 "Lihat, Aku mengutus kamu seperti domba ke tengah-tengah serigala, sebab itu hendaklah kamu cerdik seperti ular dan tulus seperti merpati. (Mat 10:16 ITB). Dari ayat ini kita dapat melihat satu situasi yang terus menjadi tantangan dan tekanan kematian dari domba yang tidak berdaya, namun pesan Tuhan jelas, bahwa kita harus bijaksana, yaitu tulus seperi merpati dan cerdik seperti ular. Ketidakberdayaannya inilah yang mengharuskannya untuk berpegang teguh pada Allah, mempercayakan dirinya kepada Tuhan, sehingga ia tidak termakan oleh situasi, tidak termakan oleh pengajaran sesat, tidak termakan oleh segala hal yang membuatnya jatuh dalam dosa.
            Maka menjadi penting di dalam kehidupan orang percaya untuk menguduskan Kristus di dalam dirinya (1 Petrus 3:15), sehingga kita sebagai anak-anak Allah akan senantiasa berada di dalam kebijaksanaan yang Salomo maksudkan, dan dari tekanan yang dihadapi bersama Tuhan, kita dapat belajar banyak hal tentang Allah di dalam kehidupan kita secara pribadi, menjadikan satu pengalaman iman bersama dengan Allah, yang nantinya akan menjadi ingat-ingatan bagi kita bhawa Allah adalah Allah yang hidup, Allah yang senantiasa menjaga, memelihara umat kesayanganNYA.

Kiranya damai sejahtera Allah yang melampaui segala akal menyertai kita dari sekarang samapai selamanya.
Amien.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

masukan komentar anda di sini...