Minggu, 22 Januari 2012

KONSEP LOGOS MENURUT INJIL YOHANES
Add caption

BAB 1 PENDAHULUAN
    Ada banyak orang Kristen yang telah sering mendengar firman Tuhan, baik dalam kebaktian biasa, melalui televisi, radio, ataupun juga melalui media elektronik lainnya. Kenyataan ini membawa pada suatu kecenderungan yang positif dan juga negatif. Kecenderungan positif merupakan sesuatu yang menjadi sasaran dalam setiap pemberitaan firman. Tetapi kecenderungan negatif itulah yang harus segera ditindak lanjuti. Dimana kecenderungan negatif itu ialah mengenal atau bahkan hafal setiap ayat dalam Alkitab, tanpa harus membukanya. Kecenderungannya yang paling ekstrem dari hal di atas ialah banyaknya ayat yang telah dihafal tetapi tidak tahu apa yang dimaksudkan dari penulis kitab itu sendiri. Sehingga kerohanian mereka semakin menurun, sebab banyak yang diketahui tetapi tidak tahu apa yang harus dilakukan. Ada kemungkinan juga mengenai satu ayat dalam Injil Yohanes, yang dituliskan:
“Pada mulanya adalah firman; firman itu bersama-sama dengan Allah dan firman itu adalah Allah.” Yohanes 1:1

    Setiap orang Kristen pastinya mengenal ayat ini, yang merupakan prolog atau pendahuluan dari Injil Yohanes. Tetapi ayat ini juga mengandung kata-kata yang sulit untuk dipahami dan tidak dapat dimengerti begitu saja apabila dibaca sekedarnya saja. Sebab ada satu istilah yang pernah didengar tetapi telah lupa, yaitu mengenai “Konsep Logos”. Pertanyaan ini menantang untuk segera mengetahui apa yang dimaksud dengan “Logos”? siapa yang memunculkan konsep ini untuk pertama kalinya? Mengapa Yohanes memakai istilah ini? Apa maksud dan tujuan yang ingin dicapainya? Dan apa maknanya bagi kehidupa gereja di masa kini?
Untuk menjawab pertanyaan di atas, penulis akan mencoba memaparkan dalam bentuk paper, dengan terlebih dahulu akan membahas mengenai sejarah pemikiran yang pernah ada dan masih marak ditemui pada zaman Yohanes, kemudian penulis akan meneruskannya tentang beberapa hal positif mengenai konsep logos ini, terutama mengenai Kristologi, sehingga Yohanes meggunakan istilah ini dalam prolognya.

BAB 2 LOGOS
    Untuk menjawab pertanyaan pertama, apa yang dimaksud dengan Logos? Penulis akan terlebih dahulu memaparkan mengenai latar belakang pemikiran-pemikiran dari pernah ada sebelum Yohanes lahir, yaitu dari para filsuf. Sebab pemikir-pemikir tersebut merupakan kunci untuk lebih mengerti, mengapa Yohanes memakai konsep logos dalam injilnya. Selain itu juga mengenai pemikiran orang Yahudi mengenai Logos, dimana konsep ini tidaklah secara eksplisit ditemukan dari orang-orang yang menuliskan pemikirannya seperti para filsuf, tetapi ditemukan secara implisit dari apa yang telah ditulis oleh Musa dalam Kitab Kejadian. Sebab bukanlah hal yang kebetulan jika Yohanes memakai pendahuluan yang sama seperti yang dilakukan oleh Musa, “pada mulanya…” .
A.    Pemikiran-pemikiran Yunani
a.    Heraklitus, ia berpendapat bahwa Logos merupakan suatu hukum yang menguasai segala sesuatu , hal ini nampak dalam poin-poin yang disebutnya mengenai logos ;
•    Logos ialah suatu sebab imanen dari pola atau identitas yang jelas dalam  perubahan-perubahan kausal segala sesuatu.
•    Alasan pokok bagi eksistensi segala sesuatu.
•    Keniscayaan, hukum, nasib atau takdir kosmis.
•    Sesuatu yang tetap dalam situasi yang berubah-ubah.
b.    Stoa
•    Prinsip pokok yang menghasilkan aktifitas dalam alam semesta.
•    Prinsip aktif intelegensi atau akal budi.
•    Pengatur segala sesuatu.
•    Sumber segala nilai moral.
c.    Plato
•    Pengantara Allah dan dunia  yang digunakan Allah dalam penciptaan dunia.

    Dalam bukunya “Theologi Yohanes”, David  Iman menuliskan bahwa, bagi filsuf-filsuf di atas, memang penggunaan istilah Logos hanyalah diartikan sebagai Philosophical Term saja, tetapi lain bagi orang-orang Yahudi atau pun juga dengan Yohanes, istilah tersebut menjadi lain, dan menjadi sarat dengan kedalaman makna yang terkandung di dalamnya, sehingga menjadi suatu Religious Term, yaitu mempunyai makna religius, suatu rasa yang mencerminkan kerinduan untuk beragama, bersekutu, dan mengagungkan dan memuliakan  Allah.
    Tetapi penulis meryakini bahwa ada kemungkinan bahwa orang-orang pada waktu itu, baik orang Yunani maupun orang Yahudi, tahu atau bahkan hafal dengan konsep yang dibangun oleh para filsuf tersebut, tetapi kemungkinan berikutnya ialah bahwa mereka merindukan hal yang sebenarnya dari logos itu, sehingga bukan hanya sebuah istilah tanpa makna tetapi lebih dari itu, mereka mencari seperti apa logos itu? Tetapi belum dapat menemukan jawabannya.

B.    Pemikiran Yahudi mengenai Logos
a.    Logos adalah “hikmat”, seperti yang dinyatakan dalam Amsal 8:22-31, bahwa hikmat telah ada bersama-sama dengan Allah sebelum segala sesuatunya ada, dapat juga dikatakan bahwa hikmat ini adalah Pencipta, dan mempunyai relasi yang intim dengan Allah.
b.    Logos adalah “kuasa”, yang dinyatakan dalam Mazmur 33, yang mengatakan bahwa dengan Firman, langit telah diciptakan, dengan demikian menandakan adanya kuasa yang dinyatakan.

Meskipun diantara konsep yang ada, yaitu pemikiran Yunani dan pemikiran Yahudi terdapat perbedaam, tetapi masih ada persamaan yang dapat diambil diantara kedua konsep tersebut ;
1.    Sebagai awal dari segala sesuatu,
2.    Mempunyai kekuatan yang sanggup mengatur alam semesta
3.    Merupakan pernyataan diri Allah.
    Dengan demikian istilah yang digunakan oleh orang Yunani dan orang Yahudi masih sangat abstrak untuk menjelaskan “Logos”. Karena masih mempunyai satu teka-teki yang belum dapat dipecahkan. Tetapi memang inilah yang unik dari kata “Logos”, F.F. Bruce pun mengakui bahwa bahasa Inggris pun hanya memakai “Word” untuk menerjemahkannya, sedangkan ini pun masih belum dapat mengartikan makna yang sesungguhnya dari logos .

BAB 3 INJIL YOHANES
    Pemikiran-pemikiran seperti di atas merupakan konsep berpikir orang-orang yang hidup sezaman dengan Yohanes. Tetapi konsep berpikir filsafat tersebut diubah oleh Yohanes menjadi sebuah konsep berpikir untuk lebih dapat mengenali siapa Kristus itu. Sehingga dengan demikian Injil dapat dipahami oleh banyak orang, terutama oleh orang-orang yang gemar untuk berpikir.

Adapun nilai-nilai yang dapat diambil dari Yohanes 1:1, ialah:
a.    Pada mulanya adalah firman…
Pada pendahuluan yang digunakan oleh Yohanes ini, sangat kental dengan nilai-nilai kekekalan, sedangkan jika dibandingkan dengan pemikiran-pemikiran di atas disebutkan mengenai perantara, maka Yesuslah yang menjadi perantara antara Allah dengan manusia. Perantara dalam hal apa? Hal ini berhubungan dengan pengkomunikasian atau pengungkapan pernyataan Allah, dimana Allah berinisiatif agar manusia dapat mengenal, mendengar, sehingga Allah dapat dimengeti oleh manusia , sehingga setiap orang yang percaya kepadaNYA akan mendapat hidup kekal. Boice mengatakan bahwa “Jesus is the Logos who speaks the words of God” , sehingga jelaslah bahwa Yesus merupakan perantara, yang mengekspresikan apa yang menjadi kehendak atau keinginan Allah.
    Dan di atas juga telah disebutkan, bahwa Logos merupakan awal dari segala sesuatu, pernyataan ini mempunyai dua hal yang berbeda dalam satu kesatuan, Yesus merupakan satu alasan (reason) dibalik segala sesuatu dan juga merupakan satu pribadi yang telah menciptakan segala sesuatu tersebut.  Satu hal yang senantiasa mengatur, memelihara setiap hal yang telah diciptakanNYA, sehingga benar bahwa alasannya adalah agar semua orang dapat mengenalNYA, sebab Ialah yang berada di balik semua keagungan alam semesta. Dengan demikian, karena Ia adalah Yang Awal dari segala sesuatu, maka Ia tidak akan mengalami perubahan dalam keadaan yang terus berubah.
b.    firman itu bersama-sama dengan Allah
Frase ini mengindikasikan adanya Ketritunggalan Allah, dan Yesus, yang adalah Anak Allah, merupakan Pribadi kedua dari Tritunggal. Yang menjadi prinsip utama dari segala sesuatu yang diciptakan, dan mempunyai rencana dalam penyelamatan manusia.
c.    firman itu adalah Allah.
    Seperti yang telah dituliskan di atas, bahwa pada dasarnya mereka sedang merindukan satu sosok Logos, Logos yang hidup, Logos yang dapat dilihat, dan Logos yang dapat merasakan apa yang dirasakan oleh manusia. Sehingga inilah yang diketahui oleh Yohanes, dan ia tahu bahwa hanya Yesuslah yang dapat memenuhi bahkan melebihi dari apa yang dapat dikira oleh orang-orang pada zaman itu. Lebih jelasnya, Arthur Pink menuliskan, “Setiap kitab mempunyai satu keunikan yang lain dari pada kitab yang lain, demikian juga dengan Yohanes, ia sangat menonjolkan tentang keallahan Yesus. Dengan demikian istilah logos ini mengacu pada pribadi Yesus.”  
Namun pertanyaan berikutnya yang muncul adalah, mengapa Logos yang hanya sebuah konsep berpikir, digambarkan menjadi pribadi Yesus? John Phillips menjelaskan dalam tafsirannya, bahwa dalam diri Yesus terdapat satu esensi. Esensi yang hanya dimiliki oleh Allah, karena Yesus juga adalah Allah sendiri, yang menjadi manusia . Dengan demikian dalam diri Yesus terdapat natur sebagai Allah yang sejati tetapi juga merupakan manusia yang sejati. Yang masih mempunyai esensi keallahan, dan juga mampu merasakan segala sesuatu yang dirasakan manusia, hanya saja Ia tidak mempunyai dosa. Dari sinilah muncul ide tentang Kristologi, dimana Allah yang adalah Firman itu menjadi manusia dalam diri Yesus, Firman yang hidup.

BAB 4 KESIMPULAN
    Dari apa yang telah dijabarkan di atas, penulis setuju dengan John Phillips yang merangkumkan tentang makna Logos dalam commentarynya, bahwa Logos itu adalah :
•    Yesus adalah Allah yang kekal (pada mulanya adalah Firman, 1:1a)
•    Yesus adalah Allah (Firman itu bersama-sama dengan Allah, 1:1b)
•    Yesus merupakan esensi Allah (Firman itu adalah Allah, 1:1c)
    Dengan demikian apa yang menjadi maksud penulis dengan Injil Yohanes menjadi nyata, bahwa ia menggunakan konsep Logos ini, suatu konsep yang sudah tidak asing di dalam kehidupan masyarakat pada waktu itu dan juga masa kini, agar setiap pembaca atau juga pendengar dapat percaya bahwa Yesuslah Logos, sehingga setiap orang yang mempercayaiNYA akan beroleh hidup kekal (20:31).
    Dengan demikian implikasi praktis untuk masa kini ialah bahwa Yesus masih merupakan Logos, sebab Ia kekal, yang juga akan membawa pada hidup kekal. Hal ini menjadi suatu kunci dalam pekabaran Injil, dimana hidup kekal merupakan hal yang didamba-dambakan, dan Yesuslah jawabannya.

DAFTAR PUSTAKA
Bagus, Lorens. Kamus Filsafat. Jakarta:Gramedia, 2000.
Barclay, Ian. Discovering John’s Gospel. Leicester:Crossway Books, 1997.
Boice, James Montgomery. Witness and Revelation in Gospel of John. Grand Rapids: Zondervan,     1970.
Bruce, F.F.  The Gospel of John. Michigan: William B. Eerdman Publishing, 1994.
Mudhofir, Ali. Kamus Filsafat Barat. Jogja: Pustaka Pelajar, 2001.
Phillips, John. Exploring The Gospel of John –Expository Commentary. Grand Rapids: Kregel     Publication, 2001.
Pink, Arthur W.  Tafsiran Injil Yohanes. Surabaya: Yakin, 1945.
Santoso, David Iman. Theologi Yohanes. Malang: SAAT, 2005.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

masukan komentar anda di sini...